Cirebon (Kabarpas.com) – Hingga kini secara kuantitas umat Islam memang mayoritas. Namun, sebaliknya umat Islam minoritas dalam kemampuan ekonomi. Pasalnya, sampai saat ini yang menguasai sektor ekonomi di wilayah Indonesia adalah kelompok non-Muslim. Untuk itulah, pengusaha Nasional Chairul Tanjung, mengajak kepada warga Nahdlatul Ulama (NU), agar memiliki terobosan baru dan mampu berdaya secara ekonomi.
“Tidak banyak perusahaan besar yang dipimpim muslim. Tapi, ada banyak gubernur yang muslim namun korupsi,” kata Chairul Tanjung saat memberikan pemaparan di hadapan warga NU, dalam Rapat Pleno Penggurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Pondok Pesantren “KHAS” Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Minggu (24/07/2016).
Pria yang akrab disapa CT ini menjelaskan, berdasarkan ranking yang dikeluarkan oleh salah satu majalah terkemuka. Dari 50 orang terkaya di Indonesia hanya 8 yang beragama Islam. Demikian pula, perusahaan-perusahaan swasta besar di Indonesia sebagian besar dipimpin oleh non-Muslim.
“Yang menjadi penyebab rendahnya kompetisi ini adalah rendahnya pendidikan umat muslim. Sebab lebih dari 40 persen tenaga kerja Indonesia lulusan SD atau tidak tamat SD. Sementara untuk lulusan perguruan tinggi, hanya didominasi oleh ilmu-ilmu sosial dan agama,” terang CT dalam paparannya.
Selain itu, CEO utama di CT Corp ini juga menekankan pentingnya warga NU untuk hidup secara mandiri. Dan tidak bergantung dengan orang lain.
“Budaya merengek-rengek dan minta bantuan, tidak akan mendorong seseorang menjadi tangguh, sebagaimana kupu-kupu yang dibantu keluar dari kepompongnya. Sebab sayap yang dia miliki tidak akan kuat untuk terbang lama. Berbeda dengan kupu-kupu yang keluar secara sendiri, justru memiliki sayap yang lebih kokoh,” tandasnya.
Lebih lanjut, pria yang pada masa kecilnya dijuluki Si Anak Singkong itu menambahkan, agar warga NU bisa menang dalam persaingan dengan umat lain. Maka, tidak cukup hanya dengan lebih produktif dan efisien. Sebab, kata dia hal itu sudah menjadi syarat wajib untuk bisa bertahan.
“Namun, agar warga NU bisa menang dalam persaingan. Maka, perlu harus menjadi inovatif, kreatif, dan berdaya secara ekonomi,” pungkasnya. (ajo/tin).