Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Kabar Banyuwangi · 5 Okt 2017 18:50 WIB ·

Tradisi Kenduri Petik Laut


Tradisi Kenduri Petik Laut Perbesar

Reporter : Habib Musthofa

Fotografer : Sugeng Wibowo

Editor : Putra

_________________________________

Banyuwangi, (kabarpas.com) – Puluhan kapal nelayan dengan beraneka motif dan warna yang mencolok memacu lajunya di Laut Muncar, Kamis (5/10). Mereka tengah melakoni tradisi Petik Laut. Di antara kapal itu, terdapat kapal utama pembawa sesaji yang akan dilarung di laut lepas. Begitu sesaji dihanyutkan, puluhan nelayan terjun ke laut, berebut untuk mengambil sesaji.

Tradisi kenduri laut yang telah berlangsung turun temurun ini menjadi simbol rasa syukur “ngalap berkah” para nelayan di kawasan pelabuhan Muncar yaitu pelabuhan ikan terbesar di Indonesia.

Sementara itu, di darat ribuan orang menyaksikan ritual yang digelar setiap 15 Muharram/Suro penanggalan Jawa. Mereka sangat antusias untuk mengikuti dari mengarak sesaji, pembacaan doa oleh kiai, pembacaan khotmil Qur’an, asmaul husna dan sholawat yang dilakukan oleh para nelayan hingga sesaji digiring ke atas kapal dan akhirnya diceburkan ke laut.

“Ini adalah sebuah tradisi yang telah berlangsung sejak lama. Pemerintah daerah mendukung masyarakat yang merawat kearifan lokal setempat,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat menyampaikan sambutan di acara tersebut.

Tak sekadar tradisi, menurut Bupati Anas kegiatan petik laut juga bisa menjadi wahana pariwisata. Petik laut yang merupakan bagian dari Tradisi budaya memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

“Tradisi yang dikemas dengan baik tanpa mengurangi makna dan ritual di dalamnya, dapat menjadi budaya yang menarik. Di beberapa negara, kearifan lokal bisa dikelola menjadi atraksi wisata yang menarik kunjungan orang dari beberapa belahan dunia,” ceritanya.

Untuk itu, Anas berharap, pelaksanaan petik laut juga bisa digarap dengan apik sehingga bisa menarik wisatawan. “Pemda Banyuwangi berkomitmen untuk terus mengembangkan pariwisata di Banyuwangi, termasuk tradisi masyarakat seperti petik laut Muncar ini”.

Sementara itu ditambahkan oleh Ketua Panitia Festival Nelayan Petik Laut Muncar Sudirman Jefri, dalam acara petik laut ini mengatakan tradisi ini sebagai simbol harapan nelayan dan keluarganya semoga diberikan keberkahan saat melaut dan dihindarkan dari berbagai macam malapetaka. “Digelar tiap 15 Muharram, bisa berubah bila 15 Muharam bertepatan dengan hari Jumat atau hari kemerdekaan (17 Agustus),” papar Sudirman.

Dalam ritual ini, sesaji yang berupa miniatur perahu yang diisi dengan berbagai hasil bumi dilarung ke tengah laut, Kemudian sesaji tersebut dibawa ke sebuah kapal yang diiringi oleh puluhan perahu mengarah ke Pulau Sembulungan, pulau kecil yang tak terlampau jauh dari pelabuhan Muncar. “Sebelumnya, didoakan dulu oleh para kiai, dan di lakukan sholawat bersama-sama oleh para nelayan,” jelas Dirman.

Selanjutnya, iring-iringan kapal berhenti di sebuah lokasi berair tenang, dekat semenanjung Sembulungan atau yang dikenal Plawangan. Di sini, sesaji dilarung ke laut dibawah pimpinan seorang sesepuh nelayan setelah itu sesajen di lepas di laut dan para nelayan mulai menceburkan diri ke laut untuk berebut mendapatkan sesaji. Sesekali mereka juga terlihat menyiramkan air yang dilewati sesaji ke seluruh badan perahu.

“Kami percaya air ini menjadi pembersih malapetaka dan diberkati ketika melaut nanti,” kata Asnawi, salah satu nelayan yang mengikuti rangkaian ritual itu.

Dari Plawangan, arak-arakan perahu bergerak menuju Sembulungan, sebuah semenanjung kecil di tengah perairan laut Muncar. Di tempat ini, nelayan kembali melarung sesaji untuk ke dua kalinya. Hanya saja jumlah sesajinya lebih sedikit. Konon, ini memberikan persembahan bagi penunggu tanjung Sembulungan.

Usai melarung sesaji di Sembulungan, ritual dilanjutkan tabur bunga ke Makam Sayid Yusuf yang ada di semenanjung itu, kemudian diakhiri dengan selamatan dan doa bersama. Sayid Yusuf adalah orang pertama yang membuka lokasi Tanjung Sembulungan.(bib/wib/put).

Artikel ini telah dibaca 669 kali

Baca Lainnya

Penyuluhan Progarm PTSL 2024 di Desa Kelir Mendapat Apresiasi Tokoh Masyarakat

13 Oktober 2023 - 17:45 WIB

Begini Cara Moeldoko dan FORSAS Asah dan Tumbuh Kembangkan Seni Musik Banjari di Kalangan Santri

3 Juli 2023 - 20:45 WIB

Tahun Politik, AMSI Jatim dan Polresta Banyuwangi Segera Bentuk Komite Komunikasi Digital

18 Februari 2023 - 06:11 WIB

Gubernur Khofifah Ajak Pemuda Terus Berinovasi dan Improvisasi Hadapi Ancaman Krisis Global

24 Agustus 2022 - 06:36 WIB

Matic Besar Honda PCX160 Hadir di Banyuwangi

13 Desember 2021 - 16:37 WIB

AMSI Jawa Timur dan Solopos Institute Gelar UKW Pertama di Banyuwangi

5 November 2021 - 14:51 WIB

Trending di Kabar Banyuwangi