Penulis : Nicky Norjana
Editor : Memey Mega
Pasuruan, Kabarpas.com – Setiap memasuki bulan suci Ramadan, hampir sebagian pesantren memiliki rutinitas kegiatan tersendiri yang dilakukan selama bulan penuh maghfirah tersebut. Hal itu pula yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Ngalah, Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Bahkan, di pesantren yang berada di bawah lereng Gunung Arjuno ini para santri diwajibkan untuk mengikuti pengajian kilatan selama bulan Ramadan.
Informasi yang diperoleh, tradisi ini berangkat dari pemikiran salah satu tokoh tertua yang berada di pesantren bahwasannya santri harus dapat mengatur waktu ibadah dan mencari barokah serta ijazah yang diberikan para asatidz.
“Santri harus dilatih untuk disiplin dan tabarukan bersama ustadz. Mengatur waktu untuk ibadah juga penting, lebih-lebih mendapatkan ijazah dari para ustadz saat mengaji,” jelas Rohimin, Ketua Kamtib Yayasan, Sabtu (26/05/2018).
Ia menambahkan, sebelumnya para santri di pesantren ini diwajibkan kembali pada hari pertama puasa yakni pada Kamis, (17/05/2018) lalu. Pada hari tersebut para santri berbondong-bondong kembali ke pesantren, karena jika tidak beberapa sanksi telah disiapkan dari pihak pengurus.
Sanksi yang diterapkan pada ramadan ini dilakukan guna mengurangi tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh para santriwan dan santriwati. Sebab, pada tahun-tahun sebelumnya santri tidak diwajibkan kembali ke pesantren karena bertepatan pada saat liburan. Ketetapan ini dilakukan dengan banyak pertimbangan dan persiapan.
Sedangkan untuk fasilitas yang dibutuhkan santri meliputi kitab beserta pengampuhnya, perihal makanan hingga peraturan telah disiapkan oleh pengurus pesantren untuk kenyamanan mukim para santri yang jumlahnya tidak sedikit tersebut.
“Penggurus sudah mempersiapkan kitab, pengampu kitab serta fasilitas pondok pesantren mulai dari peraturan hingga masalah makan santri,” tambah Rohimin.
Sementara itu, salah seorang santri putri mengaku cukup berat menjalani ramadan di pesantren. Sebab menurutnya, baru kali ini peraturan semacam ini diberlakukan.
“Yang pasti berat karena ini pertama kalinya, tapi meski begitu kita ambil hikmahnya yaitu bisa memanfaatkan waktu ramadan lebih efektif,” papar Laily. (nic/mey).
________________
*Berita ini ditulis oleh Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan, program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.