Reporter : Dita Lia
Editor : Memey Mega
Malang, Kabarpas.com – Setelah aksi militer Belanda II yang terjadi ditahun 1949, sistem wehrkreise diterapkan dalam pelaksanaan aksi gerilya dan Mayor Hamid Rusdi menjabat sebagai pemimpin Mobile Gerilya (MG) I.
Setelah terjadi kontak senjata antara pasukan MG I dan Belanda di daerah Bugis, pasukan bergerak ke daerah timur Malang. Pada 7 Maret 1949 dua kompi pasukan Belanda mengejar komando MG I di Desa Sumbersuko, Tajinan. Pasukan MG I terpaksa menyingkir ke Desa Baransumber, Tajinan. Di desa ini ditentukan pemisahan MG I dengan SWK (Subwehrkreise) I dengan susunan komandonya.
Pada pukul 19.00 Komandan MG I Mayor Hamid Rusdi beserta stafnya bergerak mendekati kota Malang dan tiba di Desa Wonokoyo. Mereka menginap di rumah penduduk untuk beristirahat. Di rumah pertama ditempati Mayor Hamid Rusdi, Letda Ismail Effendi, Abdul Razak, dan dua orang pemilik rumah seorang bapak dan menantunya.
Sedangkan di rumah kedua ditempati Kopral Sukarman dan Pak Sarijan. Setelah larut malam, rumah yang ditempati Mayor Hamid Rusdi dikepung pasukan Belanda. Mereka berlima dibawa ke tepi sungai dekat Desa Wonokoyo.
Di sini kelima orang tersebut ditembak mati oleh pasukan Belanda. Komandan Mobil Gerilya I, Komandan Batalyon I Mayor Hamid Rusdi, beserta Letnan Ismail Effendi, Abdul Razak gugur bersama kedua pemilik rumah. Tanggal 8 Maret 1949 siang hari, kelima pahlawan tersebut dimakamkan di Wonokoyo.
Itu tadi sepenggal kisah perjuangan Mayor Hamid Rusdi yang diceritakan kembali oleh tim Jelajah Jejak Malang (JJM) saat mengunjungi beberapa monumen yang ada di Kota Malang.
Tidak banyak warga Malang yang tahu tentang keberadaan Monumen Hamid Rusdi, bahkan saat tim Bakti Situs dari KNPI Kota Malang dan JJM bertanya kepada warga sekitar monumen, banyak diantaranya yang tidak tahu kisah perjuangan Mayor Hamid Rusdi.
“Yang saya herankan, banyak masyarakat disini yang tiap hari melewati monumen ini tidak tahu sejarahnya, kan sangat disayangkan ya,” ujar Devan Firmansyah, salah satu pengurus dari JJM, Sabtu (10/11).
Apalagi, lanjut Devan, Monumen yang berada di Daerah Wonokoyo, Tlogowaru, Kota Malang tersebut tampak kurang diperhatikan, “Kenapa banyak orang yang tidak tahu tentang monumen ini, mungkin karena letaknya yang masuk kedalam perkampungan dan tidak ada papan petunjuk untuk kesini, sehingga wajar ya kalau banyak yang tidak tahu,” lanjutnya.
Tidak ada pagar yang mengitari monumen dengan cat yang sudah mulai luntur. Apalagi informasi yang tertulis di monumen hanya nama para pejuang tanpa ada cerita singkat tentang perjuangan Hamid Rusdi, sehingga wajar jika banyak yang tidak tahu sejarah pejuang dari Malang tersebut.
“Ini kalau dibiarkan saja, lama-lama masyarakat akan lupa sama monumen ini, mereka hanya tahu ada monumen Hamid Rusdi tanpa tahu alasan berdirinya monumen ini. Saya berharap pemerinta daerah bisa memperhatikan monumen-monumen yang ada di Malang. Minimal dikasih narasi singkat supaya orang yang datang tahu sejarahnya,” tutup Devan. (dit/mey)