Reporter : Amelia Putri
Editor : Anis Natasya
Probolinggo, Kabarpas.com – UPT Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Probolinggo menggelar pelatihan berbasis kompetensi tahap II tahun 2019. Pelatihan ini dibuka secara resmi oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disnaker Kabupaten Probolinggo Ach. Fauzie Effendy.
Untuk tahap II ini, ada 6 (enam) paket kejuruan yang diberikan kepada masyarakat. Diantaranya tune up sepeda motor selama 160 jam pelajaran atau 20 hari, perakitan komputer dan operator komputer masing-masing selama 200 jam pelajaran atau 30 hari dan prosessing hasil pertanian selama 160 jam pelajaran atau 20 hari.
Selain itu juga ada 2 (dua) yang menggunakan Mobile Training Unit (MTU). Yakni, kejuruan menjahit di Desa Kalirejo Kecamatan Dringu selama 280 jam pelajaran atau 35 hari dan kejuruan bordir di Desa Batur Kecamatan Gading selama 200 jam pelajaran atau 25 hari. Dimana masing-masing kejuruan diikuti oleh 16 orang peserta, sehingga total peserta untuk 6 kejuruan sebanyak 96 orang peserta. Khusus untuk kejuruan tune up sepeda motor kali ini ada 1 (satu) peserta wanita dari Kecamatan Paiton.
Kepala UPT BLK Disnaker Kabupaten Probolinggo Ali Imron mengungkapkan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan ketrampilan kepada masyarakat agar nantinya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan penghasilan serta mengurangi tingkat pengangguran.
“Melalui pelatihan berbasis kompetensi ini harapannya masyarakat yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi mampu menambah ketrampilan agar bisa bersaing di pasar kerja. Hal ini penting untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui ketrampilan yang sudah didapatkannya,” harapnya.
Sementara Plt Kepala Disnaker Kabupaten Probolinggo Ach. Fauzie Effendy mengatakan pelatihan berbasis kompetensi ini sangat signifikan dalam menurunkan angka kemiskinan. Sebab kemiskinan itu terjadi karena rendahnya daya beli, apakah dia benar-benar tidak mampu secara ekonomi atau kemampuannya tidak mampu mencapai apa yang dibutuhkan sehingga masuk kategori tidak mampu atau miskin.
“Oleh karenanya dicari jalan keluarnya melalui pemberian pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan maka akan mempunyai keahlian tertentu sehingga memiliki ketrampilan dan mempunyai kegiatan produktif. Dengan demikian akan mempunyai pendapatan dan mampu membeli kebutuhan hidupnya,” katanya.
Menurut Fauzie, pelatihan berbasis kompetensi ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan ketrampilan. Harapannya apabila sudah terampil dengan ketrampilan tertentu, maka nantinya akan berfikir secara ekonomis untuk mencukupi kebutuhan dirinya.
“Selain itu akan memberikan pengaruh positif bagi lingkungannya dengan mengundang tetangganya untuk bekerja di usaha yang dimilikinya. Sehingga bukan hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat,” pungkasnya. (mel/nis)