Oleh : Nixson J. Meok, Djoko Kustono
Prodi Doktoral Pendidikan Kejuruan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
Kabarpas.com – ‘Dunia dalam genggaman!!’ Itulah pernyataan yang sering kita dengar saat ini, dimana era digital telah masuk ke dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Berkembangnya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di satu sisi membawa dampak yang baik, namun di sisi lainnya perlu kehati-hatian dalam pengembangannya agar tidak menabrak norma dan etika yang berlaku di masyarakat.
Segala perkembangan teknologi yang begitu cepat ditandai dengan mesin dan sistem otomasi yang menggantikan sistem kerja manual manusia, tentu saja membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi pula. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai satu pilar penghasil tenaga kerja terampil harus berbenah menyiapkan ketrampilan siswanya di era industri 4.0 ini.
Ketrampilan berpikir perlu ditingkatkan untuk menyelaraskan kemampuan mereka dengan kecepatan teknologi yang berubah pesat. Mengutip kajian Fatiyah M,dkk (2019) dalam jurnal mereka mengemukakan bahwa ada 10 ketrampilan yang perlu ditingkatkan sesuai kebutuhan 4.0. yaitu : Pemikiran analitis dan inovasi; Pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran; kreativitas, orisinalitas dan inisiatif; Desain dan pemrograman teknologi; Berpikir kritis dan analisis; Pemecahan masalah yang kompleks; Kepemimpinan dan pengaruh sosial; Kecerdasan emosional; Penalaran pemecahan masalah dan ideasi; Analisis dan evaluasi sistem.
Higher Order Thinking Skill atau yang lebih dikenal dengan HOTS merupakan alternatif terbaik dalam membantu pemikir untuk memesan, membandingkan, dan mengevaluasi (Raiyn, 2016). Seperti diketahui bahwa ranah tujuan pendidikan kita berada dalam dimensi Kognitif, afektif dan psikomotorik tentu saja ini menjadi harapan akan kemampuan lulusan SMK kita memenuhi ketiga aspek ini. Toksonomi bloom menjelaskan secara berturut-turut (C1 sd C6) masing-masing : C1 (pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (aplikasi), C4 (analisis), C5 (evaluasi) dan C6 (kreasi) dalam aspek kognitif atau ketrampilan berpikir.
Di sinilah HOTS itu berada, yaitu siswa tidak hanya mampu mengingat atau memahami saja namun mereka harus mampu menganalisis , mengevaluasi bahkan mengkreasi.
Ada pemikiran yang keliru dari pelajar SMK saat ini. Kadang mereka menyepelekan pembelajaran matematika sebagai literasi yang mengajar kemampuan berpikir tingkat tinggi, mereka hanya beranggapan bahwa matematika itu tidak perlu , yang penting mereka terampil dan berhasil menyelesaikan pekerjaan tertentu (praktek) sesuai bidangnya, itu sudah cukup. Matematika yang penuh rumus yang banyak sangatlah membosankan bagi mereka. Tak dapat disalahkan juga karena anggapan ini kadang diakibatkan oleh karena pembelajaran yang monoton atau kurangnya model pembelajaran yang tepat seperti Problem Base Learning (PBL), model Inkuiri dan lain sebagainya. Padahal sebagai siswa SMK yang kadang berhubungan dengan rekayasa keteknikan, pemograman ataupun bidang lain yang membutuhkan analisis tinggi, kemampuan HOTS sangatlah diperlukan. Guru-guru juga dituntut untuk lebih kreatif menemukan metode pengajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa.
Maka itu butuh pelatihan kepada para guru dalam hal kemampuan analitis sehingga mereka mampu membimbing siswa lebih baik. Tujuan utama dari HOTS adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks (Saputra, 2016:91-92).
Mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi di depan guru-guru pada kegiatan Pembekalan Guru Inti Program Kompetensi Pembelajaran Berorientasi pada Hots di Yogyakarta 2018 lalu mengatakan bahwa ”Dalam menyiapkan peserta didik yang siap bersaing menghadapi era millennium dan revolusi 4.0 guru harus mampu mengarahkan peserta didik untuk mampu berpikir kritis, analitis, dan mampu memberikan kesimpulan atau penyelesaian masalah”.
Penelitian yang dilakukan oleh Gökhan AKSU dan Nermin KORUKLU, dalam Eurasian Journal of Educational Research 2015, dimana menentukan kecenderungan berpikir kritis siswa sekolah menengah kejuruan, keterampilan berpikir logis, sikap terhadap matematika, dan keberhasilan akademik menemukan bahwa nilai keberhasilan dalam matematika dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode yang mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan strategi berpikir ini. Peningkatan dalam kecenderungan berpikir kritis dan keterampilan berpikir logis yang akan memungkinkan siswa untuk melihat segala sesuatu dari berbagai aspek dan akan memberi mereka kesempatan untuk menemukan dari mana formula dan aturan berasal dan bagaimana mereka muncul, dapat meningkatkan tingkat keberhasilan akademik matematika yang dianggap sebagai hal yang sulit dan menakutkan.
Oleh sebab itu di era revolusi industri 4.0 ini Higher Order Thinking Skill (HOTS), atau ketrampilan berpikir tingkat tinggi perlu dikembangkan di semua satuan pendidikan. Terkhususnya SMK sebagai satuan pendidikan yang menciptakan tenaga kerja siap pakai, dituntut untuk menghasilkan lulusan yang memiliki HOTS sehingga tenaga kerja yang dihasilkan ini memiliki kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).