Oleh : Gus Haidar Hafeez
KABARPAS.COM – MUKSAS l Situbondo kiyai D Zawawi Imron bermalam hingga penghujung acara usai. Adalah tali estafet bagi para santri untuk bersyair di angkasa negeri indah ini. Negeri hijau damainya santri memaknai apa saja dengan sastra teduhnya santri membaca apa saja dengan sastra. Entah kitab agama, entak kitab perdagangan, entah kitab pertanian dan entah kitab politik. Santri membacanya dengan sastra. Betapa damai dan teduhnya jiwa dan isi otak para santri. Muktamar sastra puncak damai dan teduhnya santri memandang apa saja, tak urusan dengan setan menyalakan api kebencian, tak urusan dengan malaikat melangitkan doa. Santri bermuktamar sastra tak lain adalah kata hati dari hati yang telah zikir. Kullu syain soqolatun wa soqolatul qolbi zikrullah. Segala ada pembersihnya pembersih hati zikir kepada Allah. Muksas atau muktamar sastra tak lain para zikir melafazkan doa dengan indah. Bukan saja lisan membaca tulisan tetapi insan sadar di cipta tuhan. Puisi mencipta kata indah menghampar sejadah sastra malam malam basah air mata. Hujan rahmat mengguyur keringnya hati tersengat teriknya teriakan lapar dahaga.
.
Muksas l gus Mus romo kiyai Mustofa Bishri Leteh Rembang saat aku gus Hakim Tv9, Sururi Arrumbani dan Zainul Walid. Sore itu setiba di pondok gus Mus langsung sowan gus Mus. Menjelang magrib itu gus Mus menemui para tamu tak terkecuali rombongan Muksas l. Proposal dan salam dari kawan kawan panitia Muksas wabil husus Leak Sosiawan sebagai kata pembuka gus Hakim memulai semuanya. Dan gus Mus mengusulkan ada tambahan kata pesantren hingga menjadi muktamar sastra pesantren. Namun nasi sudah terlanjur menjadi proposal. Mentri agama dan petinggi negeri telanjur membaca muktamar sastra. Malam itu malam Leteh bersamaan haul kiyai Bishri, ayah gus Mus hingga aku dan rombongan menunggu hingga bubar. Di rumah gus Yahya Cholil Sataquf mantan juru bicara presiden gus Dur yang berada di seberang jalan rumah gus Mus aku mengikuti tahlil tertib dan khusyuk. Usai tahlil bersama Gus Yahya Staquf di rumah tua peninggalan kiyai Cholil Bishri kakak gus Mus canda tawa ala pesantren tak terelakkan. Beberapa kali gus Dur menjadi referesnsi guyonan seru tak terhingga. Disitu aku juga bertemu gus Tova Magetan. Kemudian bersama sama menuju makam kiyai Mustofa kakek mus Mus dan sahibul haul kiyai Bishri ayah gus Mus.
.
Muksas l berahir tengah malam ditutup dan diahiri pagelaran seni dan doa yang di alam ismi oleh kiyai Azaim dengan “Bening. Hadirinnya ribuan memadati halaman pondok Salafiyah Syafiiyah hingga desa Sukorejo menjadi penuh sesak manusia dan mobil parkir. Sore menjelang malam malamnya bening. Pada puncak muktamar sastra pesantren gus Mus berkenan memberikan orasi budaya di barengi gus Ulil Abshar Abdalla sang menantu beserta Ienas Tsuraya istri Ulil dan cucu gus Mus dari Ienas. Semuanya semobil dari Leteh menyertai gus Mus menutup dan menjawab puisi ” Gus Bicaralahnya Leak Sosiawan. Tantangan gus Mus pada Leak untuk tampil pada ultah gus Mus yang pertama setelah di tinggal sang kekasih.
.
Solo 29 September 2021. (***).