Pasuruan, Kabarpas.com – CEO Kabarpas.com, Shohibul Hujjah berhasil menyandang gelar Magister Ilmu Komunikasi (M.I.Kom) di Universitas Dr. Soetomo Surabaya. Dalam kuliah yang ditempuh selama 1 tahun 4 bulan tersebut, Shohib menulis tesis tentang Trend Hoax di Tengah Pandemi Covid-19. Alhasil, atas tulisan tesisnya itu ia pun mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,83 atau cumlaude.
Shohib mengatakan bahwa saat ini fenomena hoax cukup luar biasa, terlebih lagi di tengah pandemi covid-19. Bahkan, hampir setiap hari rata-rata hoax dibuat dan disebarkan secara luas ke masyarakat melalui media sosial (Medsos).
“Fenomena hoax ini dapat menimbulkan ketakutan, ketidakpastian, bahkan kepanikan di tengah masyarakat. Dan meski para pelaku penyebaran hoaks telah ditindaklanjuti pihak kepolisian. Namun, ironisnya hingga kini masih saja ada yang tetap menyebarkan berita bohong alias hoax tersebut,” ucapnya.
Menurutnya, sampai saat berita hoax terus membanjiri lini Medsos. Di antaranya, seperti kompensasi Covid-19 Rp150.000 per bulan bagi peserta BPJS Kesehatan, menghirup uap panas yang disebut bisa membunuh Covid-19, hingga kasus hoax jenazah pasien Covid-19 di Probolinggo yang hilang bola matanya.
“Inilah yang melatar belakangi saya tertarik untuk mengangkat pembahasan tentang trend hoax menjadi tesis,” kata pria yang saat ini menjabat sebagai Korda Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Malang Raya.
Di sisi lain, ia mengaku banyak proses yang dilalui selama kuliah. Namun, pada akhirnya ia mampu menyelesaikannya dengan waktu yang tepat. Hal itu tak lain selama kuliah ia mendapatkan banyak dukungan sekaligus bantuan dari sesama temannya, termasuk juga untuk hal yang di luar akademiknya.
“Syukur dan bangga rasanya bisa menyelesaikan kuliah S2 dengan waktu yang singkat dan tepat. Ini benar-benar membutuhkan perjuangan yang sangat esktra, karena saya harus rela menguras tenaga dan pikiran untuk mondar-mandir Pasuruan-Surabaya,” ujar pria yang saat ini aktif sebagai Ketua LTN PCNU Kota Pasuruan.
Apa yang disampaikannya itu cukup beralasan, mengingat ia saat ini dikenal aktif di berbagai organisasi dan kegiatan. Sehingga untuk bisa menyelesaikan kuliah dengan waktu yang tepat ia harus benar-benar berjuang membagi waktunya semaksimal mungkin.
“Kalau dulu S1 perjuangannya tidak seberat menyelesaikan S2 ini. Karena saat S1 saya masih muda dan belum berkeluarga, juga kegiatannya tak terlalu banyak,” terang pria yang juga Wakil Ketua PWI Pasuruan tersebut.
“Kebetulan saya mengambil konsentrasi jurusan media. Dan teman-teman memberikan kepercayaan kepada saya untuk menjadi Ketua Kelasnya. Nah, kesempatan ini yang saya gunakan sebaik-baiknya untuk membangun komunikasi dengan para dosen dan pihak kampus, serta teman-teman sejurusan,” sambungnya.
Shohib pun berpesan kepada adik-adik kelasnya untuk terus perbanyak relasi di mana saja, serta jangan jadikan aktif di organisasi sebagai alasan untuk tidak dapat mengukir prestasi di bidang akademik.
“Seringkali saya mendengar stigma negatif yang dilabelkan kepada para aktivis mahasiswa bahwa seorang yang aktif di organisasi, cenderung mengalami keterlambatan lulus kuliah. Namun, menurut saya itu kembali kepada personalnya sendiri, yang harus bisa mengatur seimbang antara kuliah dan organisasi agar tidak terbengkalai,” tuturnya. (bil/ida).