Oleh: Dyadra Permata
KABARPAS.COM – MALAM itu masih terngiang jelas di telingaaku suara peluruh melesat begitu kencang, di depan mataku, ku temui tubuhnya lunglai tak berdaya, ambruk di pangkuanku. Diri ini tercengang, mataku terbelalak, dengan derasnya kucuran airmata. Dari kejauhan, derap kaki seorang polisi lengkap dengan atribut dan pistol di tangannya, disusul beberapa anggota pasukan gabungan lainnya.
Kusaksikan calon pengantin laki-laki yang 1 minggu lagi akan mengucapkan ijab qobul denganku, secara tragis harus tewas tertembak peluru Polisi. Begitu Tragis kejadian malam itu, malam penyergapan, dimana di sekelilingku angkata bersenjata mengarahkan senjatanya padaku & pada calon suamiku yang mulai sekarat akibat beberapa tembakan yang mengenai kaki dan jantungnya.
Pilu, sungguh memilukan ketika salah satu anggota pasukan dengan senjatanya mendekat,” Maaf Jingga, aku hanya menjalankan tugas”. Sontak suara yang kukenali itu semakin membuat hatiku tercabik, suara Biru ,mantan kekasihku sebelum aku memutuskan untuk menerima pinangan Mas Rizwan. Bagaimana bisa kuceritakan bagaimana perasaanku malam itu, calon suamiku harus meregang nyawa di tangan aparat yang merupakan mantan kekasihku. Aku tak menyangka Mas Rizwan menjadi DPO karena kasus terorisme & perdagangan Senjata. Aku mengenalnya dengan pribadi yang baik, lemah lembut, sopan, Taat beribadah serta penyayang.
Sayangnya kini harus kusaksikan jenazahnya di giring anggota pasukan bersenjata, di bawah guyuran hujan dan senjata milik Biru aku tertunduk lesu, air mataku bercampur hujan mengiringi kepergian Mas Rizwan.
Selang dari kejadian itu, masyarakat mulai mengucilkanku & keluarga, berbagai hujatan, ancaman dan serangan masyarakat mulai menghantui. Pagi itu saat aku tengah mengajar, terdengar riuh suara puluhan wali murid mengadakan aksi protes keras kepadaku, mereka meminta pengunduran diriku sebagai guru di tempat sekolah ku mengajar, terlihat beberapa spanduk bertuliskan, “ Lindungi Anak Kami Dari Teroris”. Sontak suasana menjadih Gaduh & tak terkendalikan. Rekan para guru hanya bisa mengamankanku dari kerumanan & berupayah untuk menenangkan suasana. Kini dimanapun aku berada seolah melekat identitas istri seorang teroris, mereka tak pernah berfikir, tentang perasaanku,
Pernikahan yang gagal sebelum digelar, Janji suci yang tak sempat terucap. Lingkungan tempat tinggal ku pun mulai tidak aman, beberapa kali kasus penculikan dan orang hilang semakin menggila, semua warga kini menyalahkan keberadaanku yang telah membawa Mas Rizwan masuk ke daerah tempat tinggal kami. Ancaman demi ancaman mulai kuterima, mulai dari cacian, lemparan batu hingga terakhir rumah tempat tinggalku yang di hanjurkan Masa.
Di atas runtuhan sisa – sisa bongkahan bangunan rumahku, aku ratapi nasibku dari seorang guru yang di hormati hingga menjadi Calon istri seorang teroris hina dina, hidup yang berbalik 180(.Di tengah lamunan ku, derap langkah kaki terdengar mulai mendekati keberadaanku, “Jingga” sapanya lembut. Rupanya Saga Awan Sabiru, mantan kekasihku , seorang Perwira Polisi yang telah berhasil mengeksekusi calon suamiku. Beraninya dia masih menemuiku dalam keadaan seperti ini.
Suaraku mulai mempertanyakan keberadaanya disini, apalagi yang tengah ia cari. Biru memandang tajam mataku, dengan lugas ia mengatakan kepadaku.
“Aku akan menikahimu, demi keselamatanmu Jingga “.
Pernyataan gila macam apa itu yang baru saja keluar dari mulutnya. Tak salahkah yang aku dengar, seorang Perwira Polisi yang telah berhasil mengeksekusi mati DPO kasus terorisme kini akan menikahi mantan calon istri seorang teroris!!!.
“Apa kamu sadar tindakanmu ini Biru?” tanyaku dengan tatapan kosong.
“Di atas rasa kemanusian, ku ucapkan Maaf dari hati terdalam, di balik Tugas yang ku emban aku tak merasa berdosa karena itu sebuah kewajiban, aku harap kamu paham, namun dari sekian ribu kata yang ingin kusampaikan Hatiku masih milikmu. Demi keamananmu akan ku tanggung semua resiko apapun untuk melindungimu, walaupun harus menghanjurkan kehormatanku,” tegas Biru padaku di malam itu. (***).