Oleh: Khaula Zulfa Yusuf
Diam aku terpaku
Terjebak dalam pulau Halmahera yang berliku
Merindukan sinar berlian
Penghibur dalam kesendirian
Dimanakah engkau mutiara
Bak arus deras tak tahu arah
Terselubung dalam asap pekat
Termenung dalam kerumunan rakyat
Ku akui jua semuanya
Terjebak dalam hatinya setia
Menyerap hidup warna-warni
Penenang hidup tiada henti
Hatiku bagai ombak yang bergelora,
Menyapu pantai, mencari pelabuhan,
Namun jiwa ini tetap terpenjara
Di pulau sepi, tak bertepi, tanpa batasan.
Bertanya pada angin yang berlalu,
Apakah cinta ini hanya bayang-bayang,
Atau sebuah harapan yang terpendam jauh,
Menghitung detik, menanti keajaiban yang tak datang.
Tapi di tengah sunyi, diantara bayangan,
Ada cahaya kecil yang menerangi,
Penuh janji, penuh impian,
Adakah itu engkau, yang tak pernah lelah menanti?
Ku lihat dalam matamu, sejuta cerita
Yang terpendam dalam lautan asmara,
Ketika dunia berputar tanpa arah,
Hatimu tetap setia, menanti di setiap sudut waktu.
Dalam kesendirian, aku menemukan kedamaian,
Mencari jejak-jejakmu yang hilang,
Berjalan bersama angin, menatap horizon,
Sampai akhirnya, aku menemukan diriku kembali.
Mutiara itu ternyata ada di dalam hati,
Tak perlu lagi mencari,
Karena cinta sejati ada dalam kesetiaan,
Dan dalam jiwa yang tak pernah berhenti berharap.
_________________________________________
*Setiap Minggu Kabarpas.com memuat rubrik khusus “Nyastra”. Bagi Anda yang memiliki karya sastra, baik berupa cerita bersambung (cerbung), cerpen maupun puisi. Bisa dikirim langsung ke email kami: redaksikabarpas@gmail.com.