Reporter : Amelia Putri
Editor : Anis Natasya
Probolinggo, Kabarpas.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo melakukan evaluasi Gerakan Selamatkan Ibu dan Sehatkan Anak (Gemasiba) dalam rangka akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Probolinggo.
Kegiatan ini digelar di ruang pertemuan Tengger Kantor Bupati Probolinggo ini diikuti oleh perwakilan dari Polres dan Polresta, Kodim 0820 Probolinggo, Camat, TP PKK Kabupaten Probolinggo dan TP PKK Kecamatan, CSR, FKPS, Kepala KUA, Kepala Puskesmas, IDI, IBI, PPNI, Muslimat dan Fatayat NU, Asosiasi Kepala Desa dan Direktur Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Probolinggo.
Serta dihadiri oleh Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari, Komandan Kodim 0820 Probolinggo Letkol Inf. Imam Wibowo, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Probolinggo Hj. Nunung Timbul Prihanjoko serta sejumlah Kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait di lingkungan Pemkab Probolinggo.
Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr Anang Budi Yoelijanto mengatakan kegiatan ini dimaksudkan untuk konsolidasi antara Dinkes Kabupaten Probolinggo dengan OPD terkait di wilayah Kabupaten Probolinggo.
“Tujuannya untuk memberikan pemahaman tentang kebijakan program kesehatan keluarga dan gizi masyarakat, standart pelayanan minimal bidang kesehatan khususnya yang ada di program kesehatan keluarga dan gizi masyarakat. Selain itu, peran rumah sakit, Dinkes, puskesmas, dokter spesialis, IDI serta IBI dalam menurunkan AKI dan AKB. Sekaligus komitmen untuk mendukung penurunan jumlah AKI dan AKB di Kabupaten Probolinggo,” katanya, Selasa (29/1/2019).
Menurut Anang, tahun 2018 AKI di Kabupaten Probolinggo mencapai 12 kematian atau 64,95 per 100.000 KH. Sementara AKB tahun 2018 mencapai 13,10/1000 KH atau 242 bayi. “Untuk kasus AKI tertinggi di Kabupaten Probolinggo berada di wilayah Puskesmas Paiton. Kasus AKI ini banyak dialami oleh wanita usia produktif 20-35 tahun dan terbanyak terjadi pada waktu masa nifas,” jelasnya.
Sedangkan untuk kasus AKB tahun 2018 terbanyak di wilayah Puskesmas Sumberasih. “Penyebab kematian bayi tersebut diantaranya karena kecacatan 76 kasus, BBLR 72 kasus, infeksi 43 kasus, asfiksia 22 kasus, aspirasi 12 kasus, ileus 6 kasus dan lain-lain 11 kasus,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari mengatakan, evaluasi gemasiba ini merupakan salah satu upaya untuk menyamakan langkah dan frekuensi dalam rangka untuk menurunkan AKI dan AKB di Kabupaten Probolinggo.
“Kasus terbesar penyebab AKI dan AKB adalah bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan kecacatan. Kasus kematian ibu dan bayi ini tentunya tidak hanya mampu dilakukan Dinkes saja yang menjadi ujung tombak, tetapi harus kerja bersama-sama sesuai dengan tupoksi masing-masing,” tutupnya. (mel/nis).