Oleh: Nur Indah Sutriyah
Rintik kenang tergenang. Tak tumbang jua meski angka-angka merambah masa. Tetap bersimpuh tabah meminang nyeri dalam cinta yang luntur.
Bersama puisi, duduklah aku. Bercerita tentang hidup dan mati. Berangan tentang asa dalam bejana takdir yang raib. Bait-bait bersadrah di sepetak kamar berukuran 2,5m x 3m bersama air mata puisi. Deras mengalir.
Di tengah malam, kunang-kunang mampir dalam altar mimpi. Mendulang kenang berselimut sepi. Kau hadir memetik dawai-dawai lewat petikan gitar dengan nada-nada cinta. Tanpa sungkan apalagi permisi, kau coba mempermainkan sunyi.
Tanpa sadar, atma yang patah terbawa melankolia lentik gitar puisi. Lalu selembar kenang membentang narasi, bahwa “Kau hanya singgah sementara untuk melepas lapar dan dahaga. Meski tak pernah kau anggap rumah. Dengan sadrah aku kembali menuntun hati yang mati, menuju bait puisi. Di sepertiga malam, dini hari.
*Nur Indah Sutriyah, adalah perempuan yang lahir di kota Pasuruan. Merupakan alumnus Universitas Wiranegara Pasuruan. Karya-karya puisi dan cerpennya termuat dalam berbagai media daring dan digital. Beberapa puisinya juga banyak terhimpun dalam antologi puisi bersama. Selain menulis puisi, dia juga gemar menulis prosa. Saat ini dia mengabdi di Yayasan Pendidikan Nurul Hidayah AsshonhajiAsshonhaji sebagai pendidik.
_________________________________________
*Setiap Minggu Kabarpas.com memuat rubrik khusus “Nyastra”. Bagi Anda yang memiliki karya sastra, baik berupa cerita bersambung (cerbung), cerpen maupun puisi. Bisa dikirim langsung ke email kami: redaksikabarpas@gmail.com.