Oleh: DR. Karlina Helmanita, M.A
KABARPAS.COM – SECARA etimologis kata Tajrid (تجريد) itu adalah kata benda, masdar dari kata (جرد) “jarrada” berarti pengupasan, pembebasan, atau pengasingan, demikian Hans Wher menuturkannya secara tekstual. Secara kontekstual kata ini juga dapat dimaknai dengan pengosongan. Karenanya, secara terminologis kata tajrid merupakan sebuah kondisi di mana seseorang tidak memiliki kesibukan duniawi.
Lebih lanjut makna sufistik “tajrid” dari Ibnu Atha’illah seperti tuturannya berikut:
إِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِياَّكَ فِى اْلأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ اْلخَفِيَّةِ، وَإِرَادَتُكَ اْلأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِياَّكَ
فِى التَّجْريْدِ اِنْحِطَاطٌ عَنِ اْلهِمَّةِ اْلعَالِيَةِ.
“Iraadatukat tajriida ma’a iqaamatillahi fil asbaabi minasyhwatil khafiyyati, wairaadatukal asbaaba ma’a iqaamatillahi iyyaka fittajriidi inhithaatun ‘anil himmatil “aaliyyati.”
“Keinginanmu untuk lepas dari kesibukan urusan duniawi, padahal Allah telah menempatkanmu di sana termasuk syahwat yang tersamar. Keinginanmu untuk masuk ke dalam kesibukan urusan duniawi, padahal Allah telah melepaskanmu dari itu, sama saja dengan mundur dari tekad luhur.”
Ibnu Athaillah lebih dalam menuturkannya “keinginanmu untuk melepaskan diri dari kesibukan urusan dunia, padahal Allah telah menempatkanmu di sana, termasuk syahwat yang tersamar” . Sedangkan keinginanmu untuk masuk ke dalam kesibukan urusan dunia, padahal Allah telah melepaskanmu dari itu, sama saja dengan mundur dari tekad yang luhur.”
Dianggap “syahwat” karena kamu tidak mau menjalani kehendak Tuhanmu dan lebih memilih kehendak diri sendiri. Disebut “tersamar” karena sekalipun pada lahirnya keinginanmu adalah menjauhi dunia dan mendekatkan diri kepada Allah, namun keinginan batinmu yang sebenarnya ialah mendapatkan popularitas dengan ibadah agar orang-orang mendatangimu dan menjadikanmu panutan.
Berbaur dengan orang-orang yang sibuk mengurusi dunia saja sudah cukup membuat tekad luhur kita ternodai. Karenanya, bagi para salik (peniti jalan menuju Allah) ialah tetap diam di jalan ridhaNya dan tidak keluar sendiri atas kehendak sendiri sehingga kita tercebur ke lautan keterasingan dan jauh dari ridhaNya Na’udzubillah…
Salam istiqamah untuk semua
Semangat untuk Jendela Dunia
KH
ALHIKAM
Ibnu Atha’illah as-Sakandari (Syarh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi Al-Khalwati)- Terj. Iman Firdaus Dalam Al-Hikam Pasal 2. (***).