Reporter : Revina
Editor : Memey Mega
Malang, Kabarpas.com – Tragedi serangan teroris beberapa waktu lalu memang masih menyisakan duka bagi masyarakat Indonesia. Apalagi, aksi tragis tersebut melibatkan anak-anak sebagai korban radikalisme yang saat ini menjadi polemik dan ancaman nyata bagi NKRI.
Menurut Adi Pratama, aktivis pemuda Kota Malang mengatakan hal tersebut tidak luput dari kesalahpahaman dalam memahami pendidikan agama.
“Gerakan yang dilancarkan kelompok radikalisme-terorisme seperti IS, JAD dan lainnya telah mempengaruhi sebagian masyarakat bahkan menyasar kalangan pendidikan. Mereka yang terpapar terorisme berangkat ke Suriah atau melakukan aksi teror sebagai bentuk amaliah, seperti aksi-aksi penyerangan dan bom bunuh diri. Bahkan yang lebih miris lagi, aksi tersebut sudah melibatkan anak,” ujar Adi saat ditemui di Perpustakaan Umum Kota Malang, Sabtu (19/5).
Menurut aktivis dari GMNI tersebut, pendidikan agama sangat penting ditanamkan sejak dini, namun juga harus di imbangi dengan pendidikan tentang toleransi dan cinta tanah air.
“Pemahaman radikalisme lebih condong tentang pemahaman agama yang salah. Mereka belajar agama tapi tidak di imbangi dengan belajar mencintai tanah air dan toleransi. Sehingga terjadilah doktrinisasi seperti itu. Menganggap apa yang dilakukan sudah benar semata-mata mencari surga tapi dengan jalan menyakiti sesama,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Adi menjelaskan jika peran orang tua juga sangat membantu dalam membentuk karakter anak. Pendidikan dan peran orang tua merupakan hal yang penting dan tidak bisa di pisahkan.
“Semua agama itu baik karena tidak ada agama untuk mengajarkan umatnya untuk melakukan kejahatan sehingga menumbuhkan rasa saling menghormati antar umat manusia. Selain itu, pendidikan karakter melalui Pancasila juga penting ditanamkan sejak dini apalagi nilai – nilai Pancasila sangat mencerminkan kultur rakyat Indonesia yang mengedepankan gotong royong,” katanya.
Untuk itu, dia berharap agar peran sekolah lebih ditingkatkan lagi dalam pemahaman tentang pendidikan agama dan pemahaman Pancasila. Orangtua juga harus terus mengawasi dan mengontrol anaknya agar tidak salah dalam memagami sebuah ajaran.
“Agar tidak terjadi gerakan radikalisme, perlu ada peningkatan pembelajaran dalam pendidikan agama. Harus di imbangi dengan pendidikan cinta tanah air. Orang tua juga harus berperan aktif dalam mwngawasi dan mengontrol putra putrinya,” tutup Adi. (rev/mey)