Reporter : Dita Lia
Editor : Memey Mega
Malang, Kabarpas.com – Memasuki Revolusi Industri 4.0, dimana terjadi suatu kondisi dinamik dan revolusioner adanya konektivitas manusia, mesin dan data yang dapat mempengaruhi berbagai sektor industri, pembangunan, kemajuan suatu bangsa dan juga mempengaruhi secara revolusioner kehidupan manusia, menjadi tantangan yang tidak mudah bagi dunia pendidikan tinggi di Indonesia.
Menurut anggota Komisi VII, DPR RI, Ridwan Hisjm, Revolusi Industri 4.0 merupakan revolusi industri ke-4, yang ditandai dengan Sistem Cyber-physical, “Sebelumnya sudah ada revolusi industri kesatu, kedua dan ketiga,” terang politisi Partai Golkar tersebut dalam acara Forum Groud Discussion yang digelar di UB Guest House siang tadi dan dibuka oleh Dekan, Jumat (26/10).
Untuk itu, lanjut Ridwan, Prodi Ilmu politik FISIP UB harus mampu menjawab tantangan itu, “Perguruan tinggi harus mulai peka dan adaptif terhadap dinamika politik nasional dan global, sehingga mampu meng-enginer perubahan bangsa berdasarkan teori – teori politik ke arah yang lebih baik untuk mewujudkan keadilan dan kemajuan bangsa,” imbuhnya.
Selain itu, adaptif dan memiliki analisis yang tajam terhadap tantangan revolusi industri 4.0, sehingga mampu berperan dan menjawab delapan isu kunci yang disampaikan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum -WEF).
“Dalam konteks Indonesia, lima kesimpulan yang dipaparkan hari ini coba kita kaitkan atau dihadapkan dengan tantangan revolusi industri 4.0 yang dapat ‘menyerang’ seluruh bidang di Indonesia, termasuk politik,” ujar Ridwan Hisjam.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Dr. Mochammad Fauzi Said yang memaparkan tentang visi dan misi PS Ilmu Politik, kemudian, Tri Hendra Wahyudi yang menjelaskan FGD visi misi ilmu politik, serta Ketua Jurusan PPHI/KpS Ilmu Politik. (dit/mey)