Reporter : Amelia Putri
Editor : Anis Natasya
Probolinggo, Kabarpas.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo menggelar rapat koordinasi (rakor) penguatan forum Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi (Penakib) di ruang pertemuan RSUD Waluyo Jati Kraksaan.
Kegiatan ini diikuti oleh 40 orang peserta yang berasal dari Dinkes, RSUD Waluyo Jati Kraksaan, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis anak, kepala ruang bersalin dan NICU, organisasi profesi (IDI dan IBI), lintas program, kepala yanmed, dokter puskesmas dan bidan puskesmas.
Dalam kesempatan tersebut, mereka mendapatkan materi tentang kondisi kematian ibu dan bayi di Kabupaten Probolinggo, penaganan kasus gawat darurat dari rujukan FKTP ke FKTL, review peran dan tugas forum Penakib serta diakhiri dengan diskusi. Mereka dipandu narasumber yang terdiri dari ahli dari RS dr. Soetomo Surabaya, RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Dinkes Provinsi Jawa Timur serta Dinkes Kabupaten Probolinggo.
Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kabupaten Probolinggo Sutilah menyampaikan kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi di Kabupaten Probolinggo.
“Melalui kegiatan ini diharapkan terlaksananya pedoman Penakib dalam penanganan kasus kegawatan pada ibu dan bayi, adanya persamaan persepsi penanganan kegawatdaruratan pada pada ibu dan bayi, adanya kesepakatan sistim rujukan dari puskesmas ke rumah sakit serta adanya rekomendasi,” ujarnya.
Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Anang Budi Yoelijanto mengatakan Forum Penakib ini merupakan forum yang mempunyai peranan terhadap strategi penurunan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Probolinngo. “Pembentukan forum ini dilakukan pada tanggal 3 Maret 2015 di ruang pertemuan Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo,” katanya.
Menurut Anang, forum tersebut penting mengingat kondisi kematian ibu dan bayi di Kabupaten Probolinggo cukup banyak. Tahun 2014 AKI (Angka Kematian Ibu) masih pada posisi 130,51 per 100.000 KH (24 kematian), tahun 2015 menjadi 140,62 per 100.000 KH (26 kematian), tahun 2016 sebanyak 20 (111,62 per 100.000 KH) dan tahun 2017 turun menjadi 14 (78,42 per 100.000 KH).
“Demikian juga dengan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2014 sebesar 12,78/1000 KH berjumlah 235 bayi, tahun 2015 sebesar 13,08/1000 KH jumlahnya sebanyak 242 bayi, tahun 2016 sebanyak 223 bayi (12,44 per 1000 KH), tahun 2017 turun menjadi 190 bayi (10,64 per 1000KH),” jelasnya.
Untuk tahun 2018 jelas Anang, AKB mengalami kenaikan menjadi 242 bayi dan AKI sebanyak 12 orang. Sedangkan tahun 2019 sampai bulan Agustus, AKB mencapai 123 bayi dan AKI sudah 14 orang.
“Turunnya jumlah kematian ibu maupun kematian bayi dapat dicapai melalui dukungan dari berbagai pihak dengan melibatkan seluruh stakeholder dan mitra terkait baik di lingkungan swasta maupun pemerintah mulai dari hulu sampai hilir. Dengan bentuk kegiatan promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif,” tegasnya.
Menurut Anang, untuk tetap melakukan percepatan penurunan AKI dan AKB, pada tahun 2019 melalui dana APBD memberikan prioritas kegiatan program kesehatan ibu dan anak yang meliputi peningkatan keterampilan petugas kesehatan, penguatan manajemen KIA dan penggalangan dukungan organisasi kemasyarakatan dan organisasi profesi. “Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan analisa penyebab dan intervensi pada ibu hamil terkait dengan kasus ibu dan bayi di Kabupaten Probolinggo,” pungkasnya. (mel/nis).