Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Kabar Terkini · 3 Feb 2025

Jangan Ngaku Calon Pemimpin Kalau Belum Punya Tujuh Kebiasaan Ini!


Jangan Ngaku Calon Pemimpin Kalau Belum Punya Tujuh Kebiasaan Ini! Perbesar

Oleh: Dilah Rifqi

(Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Semester 8 UIN Saizu).

 

 

KABARPAS.COM – SERATUS hari pemerintahan yang baru telah berjalan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei, Kemendikdasmen menjadi salah satu kementerian yang menunjukkan sikap positif dalam 100 hari kerja pertama. Tidak hanya itu, Mendikdasmen Abdul Mu’ti juga turut diapresiasi dan terpilih menjadi salah satu menteri dengan kinerja terbaik. Apresiasi ini bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan harapan bahwa pendidikan Indonesia benar-benar bergerak ke arah yang lebih baik. Tapi tunggu dulu, apa gunanya semua ini kalau generasi penerusnya justru makin jauh dari karakter pemimpin yang sebenarnya?

Di tengah era digital yang serba cepat, anak-anak Indonesia dihadapkan pada dua pilihan: menjadi generasi yang hebat atau sekadar penonton yang sibuk scroll media sosial. Di sinilah pentingnya Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat—bukan sekadar teori, melainkan bekal untuk mencetak pemimpin masa depan. Seperti yang dikatakan oleh Suharti, Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen,

“Kami menyadari bahwa membangun generasi emas Indonesia memerlukan dukungan dari semua pihak. Sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan media adalah elemen penting dalam memastikan keberhasilan gerakan ini,” tegasnya.

Secara yuridis, penguatan karakter anak telah ditegaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menekankan pentingnya pembentukan karakter dalam pendidikan. Secara historis, kita tak bisa menutup mata bahwa para pemimpin besar bangsa ini tumbuh dengan karakter yang kuat, tidak manja, dan siap menghadapi tantangan. Sementara dari aspek filosofis, membangun anak dengan tujuh kebiasaan ini adalah investasi jangka panjang untuk memastikan Indonesia tetap berdiri kokoh di tengah kompetisi global. Dari sudut pandang sosiologis, kebiasaan ini menjadi benteng terhadap degradasi moral yang semakin nyata. Dan jangan lupakan sisi medis: karakter yang baik berkontribusi pada kesehatan mental yang stabil dan minim stres—sesuatu yang sangat berharga di era serba cepat ini (Ridha, 2020).

Strategi Untuk Mewujudkan Kebiasaan

Pertanyaannya, bagaimana strategi untuk mewujudkan kebiasaan ini? Jangan berpikir ini hanya tugas sekolah. Keluarga adalah pabrik pertama karakter anak. Jika orang tua masih sibuk bertengkar soal warisan, bagaimana anaknya bisa belajar menghargai kerja keras? Jika sekolah hanya mengejar angka tanpa menanamkan etika, bagaimana mungkin lahir pemimpin yang jujur? Pendidikan karakter harus lebih dari sekadar mata pelajaran. Harus ada role model yang nyata, baik dari keluarga, sekolah, hingga pemimpin bangsa.

Tak kalah penting adalah keterlibatan media dan lingkungan sekitar. Jangan harap anak akan terbiasa jujur jika setiap hari mereka melihat tayangan yang penuh dengan intrik dan tipu daya. Jangan berharap mereka bisa disiplin jika tidak pernah diajarkan untuk bertanggung jawab sejak kecil. Strategi untuk membentuk anak hebat ini harus melibatkan semua pihak. Seperti yang diungkapkan dalam laporan Kemendikdasmen, “Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat diharapkan menjadi fondasi dalam mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan global. Dengan nilai-nilai karakter yang kuat, generasi ini diharapkan mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju, sejahtera, dan berdaya saing di tahun 2045.”

Dampaknya? Jika diterapkan dengan serius, tujuh kebiasaan ini bukan hanya mencetak anak-anak yang pintar, tapi juga berintegritas. Mereka bukan sekadar individu yang cakap dalam akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, siap bersaing, dan mampu membawa perubahan bagi masyarakat. Bayangkan jika setiap anak Indonesia memiliki kebiasaan untuk berpikir proaktif, bertanggung jawab, bekerja sama, dan terus belajar. Indonesia Emas 2045 bukan lagi sekadar mimpi, melainkan sebuah kepastian.

Namun, mari kita jujur. Apakah kita benar-benar siap menerapkan ini? Ataukah kita hanya senang membicarakan teori tanpa praktik nyata? Anak-anak tidak akan menjadi hebat hanya dengan slogan dan seminar. Mereka butuh contoh, mereka butuh sistem yang mendukung, dan yang paling penting—mereka butuh kita, orang-orang dewasa, untuk membimbing mereka. Jika kita tidak mulai sekarang, jangan salahkan generasi mendatang jika mereka tumbuh tanpa arah.

Jadi, sebelum mengaku sebagai calon pemimpin, tanyakan dulu pada diri sendiri: apakah kita sudah memiliki tujuh kebiasaan ini? Jika belum, maka saatnya berhenti bicara dan mulai bertindak!. (***).

  • Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi Kabarpas.com
  • Pojokan atau rubrik opini di Kabarpas.com terbuka untuk umum.
  • Kirim naskah melalui e-mail : redaksikabarpas@gmail.com atau japri lewat nomor redaksi kabarpas 085161440488
  • Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
  • Ikuti berita terbaru Kabarpas.com di Google News klik Link ini.
  • Follow akun medsos @kabarpascom
Artikel ini telah dibaca 46 kali

Baca Lainnya

Ketua DPR dan Sekjen Partai Komunis Vietnam Tingkatkan Hubungan Antarnegara

11 Maret 2025 - 19:48

Patroli Sambil Ngabuburit, Kapolres Situbondo Bagikan Bansos Ramadan

11 Maret 2025 - 19:28

Sukseskan Sekolah Rakyat, Mensos Gus Ipul dan Menag Tanda Tangani MoU

11 Maret 2025 - 14:04

Lazisnu Jatim Bagi-bagi THR untuk Guru Ngaji

11 Maret 2025 - 11:08

Sambut Tahun Ajaran Baru, 53 Sekolah Rakyat Siap Beroperasi

11 Maret 2025 - 10:50

KAI Daop 7 Madiun Sampaikan Permohonan Maaf Atas Kecelakaan Kereta di Ngadiluwih

11 Maret 2025 - 01:52

Trending di KABAR NUSANTARA