Reporter : Dimaz Zidan
Editor : Titin Sukmawati
___________________________________
Probolinggo (Kabarpas.com) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo, menggelar review Ante Natal Care (ANC) Terpadu Bagi Dokter se-Kabupaten Probolinggo. Acara ini berlangsung di ruang pertemuan RSUD Waluyo Jati Kraksaan, kabupaten setempat.
Kegiatan yang menghadirkan narasumber dari Dinkes dan RSUD Waluyo Jati Kraksaan ini diikuti oleh 35 orang peserta. Selama kegiatan mereka mendapatkan materi tentang gambaran KIA Kabupaten Probolinggo, pelayanan ANC yang berkualitas dan tata laksanana ibu hami resiko tinggi (bumil resti), skrining dan tindak lanjut kasus B24 serta pencatatan dan pelaporan.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Moch. Asjroel Sjakrie mengatakan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
“Dalam pelaksanaanya, pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan azas perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian serta adil dan merata dengan mengutamakan aspek manfaat utamanya bagi kelompok rentan seperti ibu, bayi, anak, usia lanjut dan keluarga tidak mampu,” katanya.
Dalam kegiatan ini juga terungkap fakta yang mengejutkan bahwa kematian bayi di wilayah Kabupaten Probolinggo masih cukup tinggi. Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh Asjroel. Dirinya menyebut bahwa jumlah kesakitan dan kematian bayi di wilayah tersebut masih cukup tinggi.
Data yang diperoleh dari Dinkes setempat, pada tahun 2013 terdapat sebanyak 201 kasus, tahun 2014 sebanyak 235 kasus, tahun 2015 sebanyak 242 kasus dan tahun 2016 sebanyak 223 kasus. Sedangkan kematian ibu tahun 2013 sebanyak 12 kasus, tahun 2014 sebanyak 24 kasus, tahun 2015 sebanyak 26 kasus dan tahun 2016 sebanyak 20 kasus.
“Tahun 2017 sampai bukan Juni, kematian ibu 11 kasus dan kematian bayi 90 kasus. Penyebab kematian ibu terbanyak adalah keracunan kehamilan (Pre-Eklamsia). Sedangkan bayi adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Semua itu memerlukan penanganan yang komperehensif oleh beberapa program yang terkait begitu juga kasus infeksi pada ibu dan bayi juga masih cukup banyak,” jelasnya.
Asjroel menerangkan, faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu secara garis besar dapat dikelompokan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre-eklampsia/eklamsia, infeksi, persalinan macet dan abortus.
“Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti Empat Terlalu dan yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas adalah terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan serta terlambat penanganan kegawatdaruratan. Faktor lain adalah penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS, TBC, Sifilis dan yang tidak menular hipertensi, diabetes, gangguan jiwa maupun kurang gizi,” terangnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut jelas Asjroel, maka pelayanan ante natal di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik perorangan/kelompok perlu dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif yang meliputi pelayanan kesehatan ibu dan anak, gizi dan pengendalian penyakit menular.
“Penanganan penyakit kronis serta beberapa program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program,” tandasnya.
Sementara itu, Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kabupaten Probolinggo Sutilah menyampaikan, kegiatan ini digelar mengingat masih banyaknya kematian ibu dan bayi di Kabupaten Probolinggo.
Oleh karena itu, Sutilah mengatakan bahwa perlu pelayanan yang komperehansif pada ibu dan anak, karena bidan hanya mempunyai kompetensi terhadap kebidanannya sedangkan untuk penyakit dan lain-lain dokter yang lebih memahami.
“Dukungan yang dapat diberikan, selain keterlibatan langsung untuk mendukung program kesehatan ibu dan anak juga diharapkan mempunyai tanggung jawab menurunkan kematian ibu dan bayi. Untuk hal tersebut diperlukan pertemuan review pelaksanaan ANC terpadu bagi dokter puskesmas dalam rangka akselerasi penurunan kematian ibu dan bayi di Kabupaten Probolinggo,” ungkapnya.
Menurut Sutilah, kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan ante natal yang berkualitas dan komperehensif sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat.
‘Petugas mampu menyediakan pelayanan ANC terpadu, komprehensif dan berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI. Mampu mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang di derita ibu hamil. Mampu melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini mungkin. Serta mampu melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada,” katanya. (zid/gus).