Oleh: Dr. Karlina Helmanita, M.Ag
Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Founder Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia Tangerang Selatan.
KABARPAS.COM – KATA “karunia” adalah kata benda, artinya kasih, belas kasih; pemberian atau anugerah dari yang lebih tinggi kedudukannya kepada yang lebih rendah, dalam KBBI. Padanan Arabnya فَضْلٌ “fadhlun”.
Dalam makna sufistik, menurut Ibnu Atha’illah kata “karunia” mempunyai makna yang dalam seperti tuturannya berikut:
إذَا أَرَادَ أَنْ يُظْهِرَ فَضْلَهُ عَلَيْكَ خَلَقَ وَنَسَبَ إِلَيْكَ
“Idzaa araada ayyuzhiro fadhlahu ‘alaika khalaqa wanasaba ilayka.”
“Apabila Allah hendak memperlihatkan karuniaNya kepadamu, Dia akan menciptakan (amal), lalu menisbatkannya kepadamu.”
Ibnu Atha’illah menjelaskan bahwa makna karunia adalah sebuah kebajikan yang Allah berikan kepada manusia. Jika Dia ingin menganugerahkan karuniaNya, Allah akan menciptakan amal pada dirimu, lalu menisbatkannya kepadamu. Dengan kata lain, Allah akan menisbatkan amal itu kepadamu melalui lisan para hambaNya, seperti perkataan orang-orang kepadamu,
“Kamu hebat, berkat kepandaianmu kamu sukses dan mendapat posisi penting di negeri ini.”
Pernyataan itu perlu disyukuri, namun tetaplah menundukkan hati kepada Dia sang pencipta. Jauhilah kesombongan, karena jika seorang hamba menyaksikan karuniaNya yang amat agung ini dan merasa malu kepada Tuhannya, ia tidak akan menisbatkan sifat-sifat terpuji atau amal-amal baik kepada dirinya karena ia tidak memiliki kelayakan sama sekali untuk itu. Adapun sifat-sifat tercela dan amal yang buruk, menurut etika, sepatutnya ia menisbatkan kepada diri sendiri. Ia harus mengakui bahwa itu akibat kezaliman dan kebodohan dirinya sendiri.
Sahal bin Abdullah berkata, “Jika seorang hamba melakukan kebaikan, lalu ia berkata, ‘Tuhanku, dengan karunia-Mu aku beramal, Engkau yang membantuku dan memudahkannya,’ berarti ia telah bersyukur kepada Allah atas karuniaNya itu. Lalu, Allah pun akan menjawabnya, ‘HambaKu, melainkan kau sendiri yang taat dan kaulah yang mendekati-Ku.’
Karenanya, sekiranya seorang hamba melakukan keburukan, lalu ia berkata, “ Ya Tuhanku, Engkaulah yang menakdirkannya, Engkaulah yang menetapkannya, dan Engkaulah pula yang memutuskannya.” Maka Tuhan-Mu akan menunjukkan kuasaNya, dengan mengatakan, “wahai hambaKu, kamu yang alpa dan telah berbuat keburukan itu. Sesungguhnya kamu sendiri yang melakukan kebodohan dan telah mendurhakaiku.”
Sebaliknya, sekiranya seorang hamba itu berkata, “Ya Tuhanku, aku telah berbuat zalim, bodoh, dan buruk”. Maka Tuhan pun akan mendatanginya dan berkata, “HambaKu, Akulah yang memutuskannya, Aku yang menetapkannya, dan kau pun telah Ku-ampuni, Aku maafkan, dan Kututupi Aibmu.”
Karenanya, sebuah karunia adalah harapan dan keinginan seorang hamba yang lemah dari sang pencipa yang memiliki kuasaNya. Teruslah beramal (bekerja dan berkarya) dengan menebarkan kebaikan, agar karuniaNya menyertai tiap langkah kita. Aamiin.
Salam Karunia untuk semua.
————————————————–
*Sessi makna ini disarikan dari Alhikam Ibnu Atha’illah as-Sakandari (Syarh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi Al-Khalwati) Terj. Iman Firdaus, kitab pertama pasal 125.