Oleh: Fittriyah
Siang datang dengan cahayanya,
menerobos jendela, memaksa mata terbuka.
Namun di dalam dada,
hanya ada resah dan bayang-bayang luka.
Langkah-langkah tergesa di trotoar,
suara bising, tatapan yang menusuk,
masalah berdiri di setiap sudut,
seperti bayang-bayang yang enggan luruh.
Namun, saat matahari tenggelam perlahan,
angin malam membisikkan ketenangan.
Kegelapan bukanlah ketakutan bagiku,
melainkan pelukan yang selalu menunggu.
Di bawah cahaya bulan yang lembut,
aku bebas dari jerat waktu,
tanpa wajah-wajah yang menghantui,
tanpa suara yang menghakimi.
Malam adalah rumahku,
tempat di mana aku bisa bernapas utuh.
Di bawah gemintang, aku tersenyum,
sebab di sinilah hatiku benar-benar hidup.
_________________________________________
*Setiap Minggu Kabarpas.com memuat rubrik khusus “Nyastra”. Bagi Anda yang memiliki karya sastra, baik berupa cerita bersambung (cerbung), cerpen maupun puisi. Bisa dikirim langsung ke email kami: redaksikabarpas@gmail.com.