Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Nasional · 12 Nov 2019

Memahami Tradisi Hari Raya Purnama di Bali


Memahami Tradisi Hari Raya Purnama di Bali Perbesar

Selain destinasi wisatanya yang begitu mempesona dan menggoda. Salah satu sisi lain dari pulau Bali adalah budaya kearifan lokalnya yang dari dulu hingga sekarang masih sangat melekat di masyaerakat setempat. Seperti apa saja budaya dan ritual keagamaan yang masih tetap mereka ikuti sampai sekarang. Simak berikut laporannya.

—————————————————————————————————————————————————

Laporan : Memey Mega, Redaktur Pelaksana Kabarpas.com dari Bali

—————————————————————————————————————————————————

KABARPAS.COM – PULAU Bali tidak hanya terkenal dengan destinasi wisata alamnya yang luar biasa indah, tapi juga budaya dan tradisi masyarakat lokalnya yang masih melekat sampai saat ini. Walaupun banyak turis dari berbagai negara yang datang, tapi tidak mengubah kebiasaan bagi warga lokal. Salah satunya yakni tradisi Hari Raya Purnama yang diselenggarakan setiap bulan purnama.

“Jadi ada banyak acara-acara keagamaan di Bali, ini salah satunya. Berdoa dan bersyukur dengan adanya bulan purnama yang indah ini,” terang Ni Luh Putu Darmi, warga sekitar yang ditemui Kabarpas.com usai menggelar upacara purnama di Pura Pejang Sari, Sanur, Selasa (12/11/2019).

Pada umumnya di kalangan umat Hindu, sangat meyakini mengenai rasa kesucian yang tinggi pada hari Purnama, sehingga hari itu disebutkan dengan kata ”Devasa Ayu”.

“Oleh karena itu, setiap datangnya hari-hari suci yang bertepatan dengan hari Purnama maka pelaksanaan upacaranya disebut, ”Nadi”. Tetapi sesungguhnya tidak setiap hari Purnama disebut ayu tergantung juga dari Patemon dina dalam perhitungan wariga,” imbuh ibu 3 anak ini.

Dijelaskan, kata Purnama sendiri berasal dari kata “purna” yang artinya sempurna. Purnama dalam kamus umum Bahasa Indonesia berarti bulan yang bundar atau sempurna (tanggal 14 dan 15 kamariah).

“Pemujaan dimaksudkan saat purnama ini ditujukan kehadapan Sanghyang Candra, dan Sanghyang Ketu sebagai dewa kecemerlangan untuk memohon kesempurnaan dan cahaya suci dari Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam berbagai wujud Ista Dewata. Biasanya pada hari suci purnama ini disebutkan umat Hindu menghaturkan Daksina dan Canang Sari pada setiap pelinggih dan pelangkiranyg ada di setiap rumah,” pungkasnya. (***/mey).

Artikel ini telah dibaca 105 kali

Baca Lainnya

Sufmi Dasco: Evaluasi Mendikti Sainristek Dalam Proses, Presiden akan Mengambil Keputusan Terbaik

23 Januari 2025 - 20:20

Evaluasi Program MBG: Menyikapi Variasi Menu, Kualitas Rasa, dan Tantangan Sistem Reimburse

15 Januari 2025 - 16:23

Pemagaran Laut di Bekasi: Upaya Konservasi Mangrove Berbeda dari Tangerang

14 Januari 2025 - 18:50

Fenomena Kemenangan Kotak Kosong di Pilkada 2024 Dinilai Rugikan Demokrasi dan Keuangan Negara

3 Desember 2024 - 16:26

Tidak Boleh Ada Diskriminasi Gaji untuk Dosen dan Tenaga Pendukung Perguruan Tinggi

7 November 2024 - 12:51

Cari_Aman di Jalan, Kenali Potensi Bahayanya

28 November 2021 - 11:53

Trending di Nasional