Oleh: Haidar Hafeez
KABARPAS.COM – ALI mewarisi keberanian Sulaiman sang ayah hingga keberaniannya mengundang Belanda datang menggeledah seisi rumah yang tak seberapa besar di tengah hutan bakau. Istri Ali yang baru tiga hari melahirkan putra pertama juga turut panik pasalnya bayi lelaki yang ada dalam gendongannya jangan sampai turut serta di bawa Belanda. Ali sang Suami yang lari ke tengah hutan kepergok mata mata Belanda. Lalu melalui pengepungan yang sengit juga tak membuahkan hasil. Dengan liciknya Belanda menawan istri Ali sebagai imbalannya Ali dengan terpaksa menyerahkan diri.
Ali menyerahkan diri sebab bila tidak, Belanda mengancam akan membunuh anak istrinya. Sungguh ini pilihan berat bagi Ali. Pilih nyawa sendiri atau nyawa anak pertama yang baru beberapa hari lahir. Ali lebih memilih menyelamatkan anak istri ketimbang menangnya sendiri. Ali dengan tangan di rantai serta di kawal pasukan Belanda bersenjata lengkap menuju kendaraan yang berjeruji besi. Isak tangis mewarnai kepergian Ali. Deres limo adalah lima santri mbah Sulaiman yang di perintah menemani putranya. Di tengah hutan bakau saban malam lima santri itu mendaras.
Kepergian Ali adalah tragedi maha hebat bagi Maimunah sang istri. Suami tercintanya pergi entah kemana di bawa kabur oleh penjajah Belanda. Di otak Maimunah yang jelas mengeja dua. Pertama kalau memang hidup tempatnya di pembuangan entah di mana. Kedua kalau memang mati jasadnya pasti terbuang entah di mana. Ada banyak kisah penangkapan warga pribumi oleh Belanda berahir dengan kata entahlah. Entah hidup entah mati. Pejuang negeri ini bila tertangkap Belanda serupa di telan entah.
Maimunah yang panik mendapati suaminya di tangkap Belanda itu sampai sampai lupa naruh bayi yang baru tiga hari dia lahirkan. Bayi lelaki yang masih berumur tiga hari itu di cari hingga kekolong tidur. Dan bahkan hingga di cari ke sumur tak jauh dari rumah. Saleh salah satu dari lima santri pendaras. Saleh yang biasa bertugas menimba air untuk jeding Ali sang kiyai. Terpaksa mencebur sumur karena di perintah oleh kata jangan jangan terjatuh di sini sebab saat Belanda mengobrak abrik rumah kiyai terlihat ibunyai mondar mandir sambil mendekap bayi. Dan menutupinya dengan kerudung yang di kenakannya.
Syahdan Maimunah setelah agak lama mencari bayinya baru ingat bila bayinya tadi dia taruh di dandang. Sepontan menuju dapur dan saat kekep di buka bayi itu tertidur pulas di atas nasi panas yang baru masak. Di peluknya erat erat bayi yang adalah anak Ali Akbar sang suami dengan penuh kasih sayang sambil menyebut nama suaminya bayi itu di namai Ali Asghor. Ali Abar tebusan atas nyawa Ali Asghor. Arrumuz 31824. (***).