Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Headline News · 22 Nov 2017

Polisi, SIM, dan Zaskia Gotik


Polisi, SIM, dan Zaskia Gotik Perbesar

Oleh : Abdur Rozaq
kabarpas.com – NAMA itu Terkadang menjadi doa. Buktinya Mas Polisi, yang merupakan warga Kalipang, Kecamatan Grati itu mendadak menjadi artis dunia maya. Ditilang kan sejatinya salah satu balak yang turun bersamaan Rebo Wekasan kemarin? Tapi bagi Mas Polisi, ditilang adalah salah satu cara Gusti Allah mengubah nasib perjaka berwajah manis itu. Kalau Cak Kape atau Mas Sugeng ditilang, ujung-ujungnya ya puyeng mencari utangan alias pinjaman untuk biaya “sidang”.
Tapi bagi Mas Polisi, ditilang malah merupakan sengsara membawa nikmat. Sudah ndak jadi ditilang, ia justru malah terkenal, dan bahkan ratusan kali selfie sama polwan cantik, dibuatkan SIM gratis dan mendapat pekerjaan di kantor polisi.
            Tapi bagi tukang paiduh atau tukang kritik seperti Cak Firman, fenomena ini perlu dikritisi, eh dipaiduh.
            “Bukannya iri, tapi penghargaan yang kita berikan itu kok masih saja sama tokoh yang kurang tepat,” katanya di warung Cak Suep.
            “Kalau kita mau memberikan penghargaan hanya berdasarkan nama, lha bagaimana dengan warga Jember yang bernama Tuhan dulu? Apa harus dijadikan tuhan betulan?” semua orang tahu Cak Firman suka ceplas-ceplos kalau ngomong. Lha kalau lebih blak-blakan begini sudah pasti ia sedang senewen mikir cicilan.
            “Ya ndak apa-apa lah, cak. Wong biaya membuat SIM dan viralisasinya ndak menggunakan uang sampeyan,” kata Cak Kape melerai.
            “Ini bukan masalah uang atau bagaimana, cak. Ini hanya meluruskan pola pikir kita bahwa kita harus bijak kalau hendak menokohkan, memviralkan apalagi memberikan penghargaan. Lumrahnya kan, orang dikasih penghargaan itu berdasarkan prestasi, inspirasi terhadap masyarakat atau perjuangannya.”
            “Lha kita bisa saja terispirasi. Kalau kita punya anak berikan nama yang aneh-aneh biar viral. Kalau kepingin anak kita terkenal, beri saja nama Setyanov. Kalau kepingin anak kita disegani, beri nama Hitler, kepingin anak kita pandai acting beri nama Setnov, kepingin anak kita selalu selamat beri nama Novanto,” ujar Gus Hasyim.
            “Bukan hanya itu, gus. Kita juga harus mikir dowo siapa yang layak kita beri penghargaan. Dulu Mbak Gotik yang menghina Pancasila malah kita pilih sebagai duta Pancasila. Ada cewek mengata-ngatai Polisi saat ditilang, malah kita angkat sebagai duta anti narkoba. Jangan-jangan kelak, para maling negara kita beri penghargaan atas prestasi permalingannya. Kita calonkan sebagai presiden, misalnya. Lama-lama rancu mana pahlawan dan mana bukan.” He he, ada benarnya juga orang sinting ini.
            “Kalau kita serius mau membahagiakan rakyat, coba kasih penghargaan sama rakyat jelata seperti Cak Murtado. Lima belas tahun jadi guru swasta, dibayar 250 ribu perbulan sampai anak-istrinya kena busung lapar. Murid-muridnya sudah menjadi direktur, Cak Murtado sendiri masih setia menekuni profesinya di PT. Masa Depan Suram. Bahkan sekarang ia menjadi kuli di perusahaan muridnya dulu demi mencari ceperan.” Semuanya diam. Lambat laun sedikit  membenarkan omelan Cak Firman yang sedang kumat.
            “Haq demi Allah, saya gembira Mas Polisi diberi penghargaan bahkan pekerjaan layak seperti itu. Tapi kegembiraan saya belum lengkap karena kawan-kawan polisi cepek yang sangat  berjasa mengatur lalu lintas, para tukang becak yang mengurangi polusi, para pemulung yang mengurangi limbah plastik di sungai, para guru swasta yang selalu ketar-ketir dipolisikan wali murid karena mendidik dengan sedikit tegas, para veteran yang menjadi tuna wisma atau para juru kunci makam para wali penjaga sejarah, belum kita viralkan, belum kita beri penghargaan apalagi bantuan untuk mengubah nasibnya.” Pada ahirnya, Gus Hasyim pun manggut-manggut mendengar Cak Firman yang entah kesurupan di mana itu. (***).
Artikel ini telah dibaca 47 kali

Baca Lainnya

Lebaran: Momen kebersamaan dan Toleransi di Tengah Keberagaman

5 April 2025 - 08:08

Makna Merdeka

12 Maret 2025 - 07:51

Tujuh Kebiasaan Anak Hebat: Bekal Generasi Unggul Menuju Indonesia Emas

26 Februari 2025 - 15:20

Makna Doa

10 Februari 2025 - 11:09

Jangan Ngaku Calon Pemimpin Kalau Belum Punya Tujuh Kebiasaan Ini!

3 Februari 2025 - 15:51

Makna Keluasan

25 Januari 2025 - 08:31

Trending di Kabar Terkini