Reporter : Kurnia
Editor : Memey Malang
Malang, Kabarpas.com – Banyaknya bermunculan kampung wisata di Kota Malang, menjadikan warga mulai sadar wisata. Salah satunya warga Ki Ageng Gribig yang berencana ingin menjadikan komplek pemakaman Ki Ageng Gribig, Madyopuro, Kedungkandang menjadi salah satu destinasi wisata religi yang layak dikunjungi.
“Kota Malang sedang greget dengan kampung-kampungnya, ada kampung warna-warni,kampung payung, kampung tridi, dan kampung lainnya, semuanya menuju sebuah aktifitas ekonomi masyarakat yang dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar. Dan sekarang bagaiamana dengan kampung Gribig yang nanti akan jadi eksitornya Malang -Pandaan. Apakah kita hanya menjadi lalu lalang atau kita menjadi bagian penggerak ekonomi baru,” kata Agung H Buana, Kasi Promosi Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang dalam Forum Grup Diskusi (FGD) yang digelar warga Gribig di Aula Kampus II Universitas Negeri Malang, Minggu (19/11).
Dia berharap, dengan adanya kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata, dapat memanfaatkan proyek jalan tol Malang Pandaan yang akan melintasi jalan Ki Ageng Gribig
“Harapannya wisata religi Gribig ini bisa menjadi tempat singgah bagi mereka yang melintasi jalan Tol Malang – Pandaan. Rest area dibangun dengan beragam fasilitas kuliner dan oleh-oleh cinderamata,” imbuh Agung.
Selain makan Ki Ageng Gribig yang merupakan keturunan Prabu Barwijaya V dari Majapahit dan ulama besar yang memperjuangkan agama Islam di tanah jawa. Terdapat juga makam Bupati-bupati Malang tempo dulu, yaknu RAA. Notodiningrar (bupati I dan II), serta RTA. Notidiningrat (bupati III).
Masing-masing makan bupati tersebut dilindungi oleh cungkup berbentuk bangunan yang sangat kokoh. Didalam setiap cungkup terdapat pula makan kerabat bupati.
Ratih, warga Gribig mengaku, banyak orang yang ziarah ke makan Gribig. Para peziarah tersebut bukan hanya dari Malang, bahkan dari luar pulau.
“Di hari-hari tertentu ada banyak peziarah yang datang ke makan gribig, bahkan sampe penuh ziarah, banyaknya dari luar kota,” katanya.
Kepopuleran makan Gribig diakui Agung telah banyak mengundang peziarah, oelh sebab itu, dia berharap warga mampu memanfaatkannya sebagai potensi wisata, “Kalay peziarah sudah banyak yang datang, tinggal kita merevitalisasi,” imbuh Agung.
Dalam FGD tersebut, selain Agung sebagai moderator, juga ada Budi Fathoni, dosen tata kota ITN Malang yang menjelaskan tentang konsep penataan kota di kawasan Gribig, Devan Firmansyah dari komunitas Jelajah Jejak Malang yang menjelaskan sejarah dari Ki Ageng Gribik, juga ada Ismail Lutfi dosen UM yang membahas tentang arkeolog Ki Ageng Gribig. (Kur/Mey)