Reporter : Doni Martha
Editor : Memey Mega
Banyuwangi, Kabarpas.com – Satpolair Polres Banyuwangi yang dikomandani AKP. Subandi, bersama tim Ditpolairud Polda Jatim dipimpin Iptu Erni, menggelar Quick Wins Program 1, Penertiban dan Penegakan Hukum (Tibgakkum) organisasi radikal dan anti pancasila. Kegiatan tersebut ditempatkan di wisata Grand Watu Dodol (GWD), masuk wilayah Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (16/11/17) dan dimulai sekitar pukul 09.00 WIB.
Tampak hadir, Forpimka Kalipuro, Bhabinkamtibmas dan Babinsa Bangsring, pejabat Dinas Perikanan dan Kelautan, pengurus HNSI dan tokoh agama Desa Bangsring, Ustadz Abu Saha serta 125 orang nelayan dan anggota Pokmaswas Kecamatan Wongsorejo dan sekitarnya.
Camat Wongsorejo, Sulistyowati dalam sambutannya menyampaikan, dalam kegiatan pertemuan 3 pilar se Jawa Timur di Surabaya, Gubernur Jatim menyampaikan bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan eksistensi ideologi bangsa selain warga negaranya sendiri.
“Kegiatan seperti ini telah beberapa kali dilaksanakan oleh Satpolair, oleh karena itu pemerintah kecamatan sangat berterimakasih kepada Polair yang dalam beberapa tahun terakhir turut serta membangun kesadaran masyarakat nelayan, khususnya di wilayah Wongsorejo, untuk selalu waspada terhadap perkembangan gerakan radikal,” ungkapnya.
Sulistyowati juga mengucapkan terimakasih atas bantuan yang diberikan oleh Ditpolairud Jatim kepada nelayan Wongsorejo. Kepada para nelayan, Sulistyowati berharap, agar bisa menjadi nelayan yang maju dan tidak gampang terpengaruh paham-paham radikal.
“Kita himbau kepada seluruh nelayan untuk secara aktif mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan dan sosialisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satunya melalui Polair ini,” ucapnya.
Dirpolairud dalam sambutannya yang dibacakan AKP. Subandi menegaskan, Pancasila dan NKRI adalah harga mati. Pancasila merupakan ideologi pemersatu paling sesuai bagi bangsa Indonesia yang majemuk. Kemajemukan bangsa Indonesia harus dijaga, oleh karena itu semua pihak harus mencegah berkembangnya gerakan yang memaksa untuk mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain.
“Masyarakat harus selalu mewaspadai muncul dan tumbuhnya gerakan radikal di lingkungannya. Kepada masyarakat juga agar selalu menjadi garda terdepan pencegahan tumbuhnya gerakan radikal, dengan cara melaporkan sekecil apapun kegiatan yang dianggap janggal, tidak biasa dan mencurigakan dilingkungannya masing-masing,” ujar AKP Subandi saat menyampaikan pesan Dirpolairud Polda Jatim.
Sementara Ustadz Abu Saha yang memberikan ceramah keagamaan menyampaikan pesan, bahwa paham radikal jelas-jelas bertentangan dengan ideologi Pancasila. Secara agama, paham radikal menunjukkan kedangkalan pemahaman seseorang terhadap agama. Kedangkalan pemahaman tersebut sangat berbahaya bagi agama itu sendiri, karena apa yang dilakukan cenderung merugikan pihak lain, sehingga berpotensi merusak nama baik agama.
“Pancasila merupakan ideologi yang cocok di Indonesia, karena merepresentasikan bangsa Indonesia yang majemuk. Karena sifatnya yang merepresentasikan Indonesia yang majemuk, Pancasila merupakan pemersatu bangsa. Cinta Pancasila berarti mencintai tanah air, dan mencintai tanah air adalah sebagian dari Iman,” tandasnya.
Diakhir acara, dilakukan penyerahan sarana kontak dari Ditpolairud Polda Jatim dan Satpolair Polres Banyuwangi kepada nelayan berupa life jacket, ringbuoy, sarung, peralatan olah raga volly ball, dan bola sepak. Selain itu juga dilakukan penandatanganan dan pembacaan nota kesepakatan bersama, penolakan terhadap segala bentuk gerakan radikal, anti toleransi dan anti Pancasila. (Don/Mey)